Selasa, 22 Juni 2010

Pemain Junior pun Memukau

Mereka masih berusia antara 13 hingga 15 tahun, tetapi cara bermain di tanah merah Roland Garros sangat memukau. Pukulan tajam, strategi permainan hingga teriakan saat mengayunkan raket untuk menangkis bola lawan layaknya pemain dewasa kelas dunia.


Ternyata, para pemain tenis junior ini juga memiliki kelas dunia. Pertandingan mereka pun selalu dipadati oleh pengunjung. Salah satu pengunjung berkata, justru dari sinilah mereka biasanya setahun atau dua tahun kemudian sudah memasuki lapangan utama Roland Garros melawan petenis unggulan seperti Jo Wilfried Tsonga misalnya.

Saat saya beberapa kali melihat pertandingan para junior di lapangan, mata saya sampai dibuat terbelalak melihat bagaimana tubuh mereka yang masih kecil tapi sudah memiliki kekuatan luar biasa dalam memukul bola. Apalagi mereka memainkan set layaknya permainan dewasa, cukup lama menurut saya, tapi secara fisik ternyata mereka sangat tangguh.

Saya temui Jabeur, petenis asal Tunisia, yang dikalahkan oleh petenis Ukrania Svitolina di final, untuk berbincang-bicang dengannya.

"Sejak kapan kamu bermain tenis?" tanya saja.

"Sejak usia 3 tahun, keluarga saya pencinta tenis dan saya awalnya tak menyukai tenis tapi setiap kali saya bermain semua berkata saya memiliki permaianan yang baik. Lalu ketika saya mulai melakukan pertandingan antarklub, saya sering menang, dan rasa itu (kemenangan) ternyata menyenangkan hingga akhirnya saya meneruskan olahraga ini lebih serius," jawab Jabeur.

"Bagaimana dengan sekolah?" lanjut saya yang penasaran.

"Mengenai sekolah, saya bersekolah di sekolah sport. Jadi kami belajar di sekolah seperti layaknya pelajar lainnya, hanya setiap hari kami melakukan olahraga tenis satu jam lamanya. Namun bila  menjelang kejuaraan terpaksa dibalik, tenis yang menjadi lebih besar porsinya dibanding mata pelajaran," terang gadis berusia 15 tahun ini.

"Apakah tenis akan menjadi profesi tetap kamu setelah sekolah (SMA) kamu selesai?"

"Saya rasa ya! Tahun ini saya bisa bertanding hingga ke final, banyak kemajuan yang rasakan dan menjadi petenis profesional rasanya memang merupakan tujuan saya," jawabnya mantap.

"Apakah bertanding di lapangan besar melawan para petenis peringkat dunia, juga merupakan impian kamu?"

"Semoga saya bisa menjadi petenis Tunisia pertama yang bisa meraih gelar grand slam di Roland Garros ini," jawabnya tersenyum.

Walaupun mereka tampak begitu matang, namun tetap saja mereka masih begitu muda. Misalnya ketika petenis junior Rusia Khromacheva peringkat 3 dunia yang dikalahkan Jabeur di semifinal, menjelang set terakhir dirinya bermain sambil menangis layaknya seorang anak yang frustrasi karena kalah dalam suatu permainan. Begitu menyentuh melihat emosi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar